Powered by Blogger.

Pages - Menu

Tuesday, August 28, 2012

HILANGNYA CINTA SETELAH MENIKAH...



Puluhan tahun pipi sang ibu itu terus dibasahi tetesan-tetesan air mata duka. Puluhan tahun jiwa sang ibu itu bertahan dalam duka lantaran caci maki dan dendam tak ada maaf. Puluhan tahun bertahan dalam derita, demi satu kesetiaan dalam ikatan suci yang secara sadar sang ibu tahu itu adalah ikatan Kristus dengannya, dengan keluarganya dan dengan Gereja.

Ratapan pilu membahana di sela-sela keluh duka sang ibu kemarin siang setelah misa. Aku tertunduk turut berduka, sambil merenungkan perjalanan salib sang ibu, mengantarkan anganku pada kisah masa silam, kisa kasih pacaran yang mana saat itu sebagian besar insan lelaki, begitu mantap dan tegas mengatakan aku sangat mencintaimu, aku sangat menyayangimu, hanya kamu seorang dan bukan pada yang lain.

Demikianlah kidung-kidung gombal dari sebagian insan lelaki yang lagi kasmaran di masa pacaran. Namun setelah menikah, hanya kamu yang kusayangi, hanya kamu yang kucintai dan tidak ada perempuan lain dengan cepat hilang dan berlalu. Tak ada lagi ungkapan mesrah cinta dan sayang yang dirasakan lagi setelah puluhan tahun mengarungi bahterah rumah tangga, tidak seperti masa-masa penuh kasmaran di waktu pacaran. Setelah menikah, puluhan tahun sang istri harus menahan rasa cemburu di tengah bara membara derita membaca isi sms-sms mesrah dari perempuan lain. Dan ketika ditanya; jawabannya adalah tamparan menghujam di pipi sang istri, cacian menghujani relung-relung jiwa sang istri, pukulan demi pukulan, ludahan air liur bengis membasahi wajahnya.

Kata-kata Cinta dan Sayang yang pernah didengar sang istri sewaktu pacaran menjadi sebuah keyakinan dan kepercayaan baginya untuk menerima pinangan sang lelaki yang kini menjadi suaminya. Sebuah harapan dan keyakinan teguh bahwa bahasa cinta dan sayang sang pacar yang kini menjadi suaminya akan selalu menghiasi peziarahan rumah tangga mereka. Namun semua itu seakan termakan oleh keegoisan sang suami seiring perjalanan waktu. Yang diterima dan dialami adalah duka bersambung derita dalam dendam dan amarah saat kerendahan hati seorang istri bertanya tentang isi sms itu, ketika sang istri dalam ketulusan hendak mengajaknya ke gereja mengikuti misa sebuah jawaban; pergi aja sendiri harus diterimanya dalam diam menangung luka bathin.

Mengapa begitu cepat kita melupakan, bahkan menghapus bahasa cinta dan sayang kita yang diteguhkan dan diberkati dalam satu janji ikatan suci Sakramen Pernikahan? Mengapa kita begitu cepat menghilangkan cinta dan sayang sesaat setelah menikah dan menggantikannya dengan keegoisan dan keangkuhan sebagai sosok yang paling kuat, sosok yang dengan mudah menggadaikan cinta pada istri dengan cinta pada perempuan atau gadis lain?

St. Agustinus mengajarkan bagaimana MENCINTAI DAN MENYAYANGI. Ia rela melepaskan segala keegoisannya, segala kekelaman masa mudanya demi CINTA dan SAYANG YANG TULUS bagi semua orang karena hanya itu yang menjadi pekerjaannya. Dan setelah menjadi Gembala Umat, Iapun tetap mencintai sampai meninggal dunia. Semoga kitapun tidak cepat menghilangkan cinta dan kasih pada pasangan kita setelah pernikahan.

Tak Letih Mencintai dan Menyayangi
Mandingin ki jo lu Rantepao: 28 Agustus 2012
Lie Jelivan msf

No comments:

Post a Comment