Powered by Blogger.

Pages - Menu

Sunday, September 30, 2012

MERINDUKAN PEMIMPIN “GILA”

Kukirim sms kepada pater Provinsial MSF Kalimantan yang sedang mengadakan geladi bersih untuk tahbisan imam MSF besok, 30 September 2012 di paroki St. Joan Don Bosco Sampit; “Padre, geladinya jangan lama-lamalah biar bisa jalan cari yang seger...(es buah). Pater Provinsial membalas smsku; wah, nggak lancar nich bro, lambat”. Balasan dalam ungkapan penuh persahabatan dan kekeluargaan antara seorang Pemimpin dengan anggotanya. Status Pemimpin bukan sebuah jarak yang membuat anggota harus tunduk taat pada pemimpin tetapi kepemimpinan justru menjadi jalan membangun kekeluargaan untuk merencanakan dan mewujudkan bersama apa yang menjadi kepentingan bersama demi kebaikan bersama yang dari dalamnya lahir tanggung jawab dan rasa memiliki pada pelayanan yang diembankan pada tarekat. Bukan baru kali ini, tapi setiap kali bertemu antara Provinsial dan anggota sangat dekat, nampak kekeluargaan, saling bercanda dalam ejekan humor. Sosok yang sederhana dengan penampilan sederhana setelan celana pendek dan baju kaos oblong, ramah menyapa menjadi ciri khas kami ketika melakukan perjalanan bersama pater Provinsial. Kesederhanaan dalam penampilan yang terungkap dalam sapaan dan pelayanan menjadi kerinduan kami bersama untuk saling menggairahkan dalam pelayanan demi kebaikan bersama. Pengalaman bersama Pater Provinsial, menegaskan kepadaku dan tentu kepada kita semua bahwa kita semua merindukan pemimpin yang sederhana dan bukan menghamburkan uang saat pilkada. Aku bersama para sahabat merindukan pemimpin yang menggairahkan dan bukannya pemimpin yang menguasai, menakutkan dan mengecewakan. Aku dan para sahabat merindukan pemimpin yang ramah menyapa dan bukannya lupa akan janji untuk mengunjungi ketika sudah terlena di atas empuknya kursi kekuasaan. Aku dan tentunya para sahabat merindukan pemimpin yang menggetarkan namun mengagumkan karena pekerjaan dan bukan karena pemimpin itu sekampung atau sekeluarga denganku. Aku dan tentunya para sahabat merindukan pemimpin yang bersahabat dengan siapapun termasuk dengan anggotanya dan bukannya yang bersahabat dengan kroninya. Aku merindukan pemimpin yang melakukan karya-karya sederhana dengan cinta yang lebih besar dan penuh kesetiaan dan bukannya melakukan karya-karya besar hanya dengan tebar janji. Aku dan tentunya para sahabat merindukan pemimpin yang “gila” dalam membuat perubahan meski bertentangan dengan kebijakan partai ataupun koalisi dan kroni dan bukan merindukan pemimpin yang normal namun menjadi idiot diperbudak partai, koalisi dan kroni. Aku merindukan pemimpin yang “gila” kerendahan hati dan bukan pemimpin yang gila kekuasaan. Kita tidak sekedar memilih pemimpin, tetapi lebih dari itu kita merindukan sosok dan pribadi pemimpin yang punya tanggung jawab dan pemahaman bersama untuk bonum comunne (kebaikan bersama). Maka ketika bukan tanggung jawab dan pemahaman bersama demi bonum commune yang dikedepankan maka ketika aku ditanya; pemimpin seperti apa yang kurindukan, akan kujawab kumerindukan pemimpin yang “gila”. Aku tidak akan dan tidah harus memilih pemimpin yang sekampung denganku. Aku tidak akan pernah memilih pemimpin yang hanya mengenyangkan kampungnya dan membiarkan kampung yang lain kelaparan, aku tidak akan memilih pemimpin yang diperbudak partai, koalisi dan kroni tapi aku lebih baik memilih pemimpin yang menggairahkan dengan “kegilaannya” dalam membangun perubahan demi kesejahteraan bersama karena aku memang MERINDUKAN PEMIMPIN “GILA”. Selamat merenung...semoga kita semua memang menjadi pemimpin yang “gila” demi kebaikan bersama dan kemuliaan Tuhan. Kabut asap kota Sampit Lie Jelivan msf

No comments:

Post a Comment