Powered by Blogger.

Pages - Menu

Tuesday, October 2, 2012

Mengenai ASAL USUL ROSARIO:

Salah satu tradisi mengisahkan bahwa Rosario berasal dari Santo Dominikus Guzman sekitar tahun 1221. Santo Dominikus menjelajahi Prancis selatan untuk berkhotbah melawan bidaah Albigenses, yang mengingkari kebaikan barang ciptaan. Mereka menyatakan bahwa roh itu baik, tapi barang-barang ragawi (termasuk tubuh) itu jahat. Pepatah yang lazim beredar di kalangan Albigenses adalah, “tubuh adalah suatu kuburan.” Pepatah ini mengajarkan bahwa kebebasan sejati baru diperoleh kalau orang dibebaskan dari tubuh. Bidaah ini juga mengajarkan juga bahwa di alam ini ada dua makhluk tertinggi: roh-baik yang menciptakan dunia roh, dan roh-jahat yang menciptakan dunia materi. Karena materi itu menurut orang-orang Albigenses jahat, maka perkawinan dan kelahiran anak adalah jahat. Mereka tidak mengakui Yesus sebagai manusia, dan Maria pun tidak diakui sebagai bunda Allah; maka aliran Albigenses mengingkari kemanusiaan Kristus. Penyaliban dan kebangkitan Yesus hanyalah khayalan belaka, dan seluruh gagasan tentang salib di dalam kehidupan kristiani ditolak. Alkisah, Maria datang kepada Santo Dominikus dan memberi dia Rosario untuk memerangi bidaah ini. Apa pun makna historis dari cerita ini, kenyataannya adalah bahwa kalau kita mengamati struktur Rosario – Peristiwa Gembira (kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus), Peristiwa Sedih (sengsara Yesus). Dan peristiwa Mulia (kebangktan ragawi dan kenaikan Yesus ke surge serta pengangkatan Maria ke surga) – Anda melihat kebijaksanaan Maria dalam memerangi ajaran bidaah itu, yang muncul juga dalam abad kedua puluh ini. Aliran Albigenses, seperti banyak omong-kosong religius dewasa ini, mengingkari bahwa dalam Kristus keilahian dan kemanusiaan saling berjalinan. Bertentangan dengan dualisme ini, doa Rosario terus-menerus memusatkan perhatian pada realita inkarnasi. Maka, misalnya, pada saat mendaraskan doa Salam Maria yang berbunyi, “Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuh-Mu, Yesus.” Kata-kata ini mengungkapkan iman kita bahwa Allah Putra sungguh menjadi manusia seperti kita. Maka Santo Dominikus menjelajah desa-desa dan memaklumkan kepada mereka misteri-misteri keselamatan dan kemudian berdoa Salam Maria. Salam Maria merupakan “Bingkai di mana dirajut permenungan tentang misteri-misteri Rosario.” Sungguh, pada Salam Maria inilah kita merajut kehidupan Kristus dan renungan tentang Yesus, Allah-Manusia. Maka Rosario berkembang bertahun-tahun sampai, pada 1569, Paus Santo Pius V secara resmi mengesahkannya dalam bentuk yang sekarang ini. Orang-orang mungkin akan bertanya, “1569!? Bukankah Rosario sudah ada jauh sebelumnya?” Sehubungan dengan ini, kita harus mengingat penegasan Kardinal John Henry Newman dalam Essay On the Develepment of Christian Doctrine. Ia berkata bahwa Allah telah memberi kita kebenaran, tetapi dari tahun ke tahun pemahaman Gereja tentang kebenaran itu bertumbuh dan berkembang. Memang tidak ada pewahyuan baru; yang ada hanyalah bertumbuhnya pemahaman kita tentang apa yang telah diberikan Allah kepada kita, dan Rosario adalah salah satu ungkapan besar pertumbuhan Tradisi (dengan huruf "T" besar) Sesungguhnya, gagasan tentang pertumbuhan dan perkembangan bukanlah penemuan Kardinal Newman. Ia memperolehnya dari Tuhan kita, yang berkata, "Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon kecil, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya." (Mat 13: 31-32) Setiap ajaran bertumbuh seperti biji sesawi, dan Allahlah yang memberikan daya pertumbuhan. Tetapi sesawi itu sendiri tidak pernah berubah. ~ Disadur dari tulisan Hahn & Suprenant (Catholic for a reason II) *"Deo Vindice!"--"(Dengan) Tuhan sebagai Pelindung (Kita)." [+In Cruce Salus, Pada Salib Ada Keselamatan. ~Thomas A Kempis, 'De Imitatione Christi, II, 2, 2] *Motto Konfederasi Amerika.

No comments:

Post a Comment