Tuesday, September 4, 2012
Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar
Pada waktu saya tinggal di desa jauh dari keramaian kota untuk beberapa waktu ,setiap pagi saya dibangunkan oleh kicauan merdu seekor burung di luar jendela kamar saya. Pertama kali mendengarnya, saya tergetar oleh keindahan melodi yang di
lantunkannya. Namun beberapa saat kemudian telinga saya sudah terbiasa dengan nyanyian-nyanyiannya, sehingga perhatian saya teralih pada hal-hal lain dan tak lagi mendengar suarnya. Kicauannya setiap pagi tak lagi menarik. Bila saya tak lagi mendengarnya, itu sebenarnya kesalahan saya sendiri--karena burung itu tetap bernyanyi setiap pagi.
Hal serupa juga sering terjadi dalam kita "mendengarkan" Tuhan berbicara melalui Kitab Suci. Ketika pertama kali diselamatkan, dengan setia dan tekun kita membaca Kitab Suci dan merenungkannya. Hati kita tergetar setiap kali membaca rencana-rencana-Nya dalam Kitab Suci. Akan tetapi sesudah membacanya dengan rutin, perhatian kita hanya terpusat pada pokok beritanya. Lalu kita sering mengabaikannya, atau berlambat-lambat mematuhi perintah-perintah-Nya. Akibatnya, kita tidak lagi mendengar suara Tuhan. Mulanya hal ini tampak tidak berpengaruh. Namun suatu hari nanti tiba-tiba kita akan tersadar bahwa kita telah kehilangan sesuatu yang berharga. Oleh sebab itu, alangkah baiknya bila kita bersikap seperti dengan sungguh hati berkata, "Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar".
Mari kita tetapkan waktu setiap hari untuk membaca Kitab Suci dan memusatkan seluruh perhatian pada ajaran-ajaran-Nya. Allah ingin berbicara kepada kita lewat Firman-Nya. Pertanyaannya sekarang: adakah kita mau mendengarkan?
SEMAKIN BANYAK KITA MEMBACA KITAB SUCI SEMAKIN BAIK KITA MENGENAL SANG BATU KARANG YANG TEGUH
Labels:
Tuhan Berbicara
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment