Powered by Blogger.

Pages - Menu

Saturday, September 15, 2012

ENYALAH IBLIS !!!

Saat kampanye entah pilpres, pileg, pilkada tiba, banyak calon sangat pandai berbicara, pandai menebar janji; Pilih Aku, Rakyat Sejahterah. Pilih aku, pembangunan akan merata, jalan-jalan jadi baik, tidak macet, bebas koru
psi. Demikianlah bibir-bibir pengumbar janji demi menghipnotis simpati massa agar memilihnya. Berbagai macam cara mulai dengan baliho, pamflet dan spanduk atau iklan di TV dilakukannya agar dikenal sebagai calon sosok pemimpin yang “baik, bagus, Katolik sejati, Islam Sejati, Hindu, Budha, Konghuchu tulen”. Setelah melalui berbagai media perkenalan dan dikenal meski kadang hanya lewat spanduk, baliho maupun pamflet, massapun akhirnya memilih dia. Dan setelah terpilih kata-kata manis yang dijanjikan hanya berhenti pada memperkaya diri. Yang sejati dan tulen bukan lagi Iman dan agamanya tetapi yang sejati dan tulen adalah menjadi seorang koruptor, menjadi penindas masyarakatnya sendiri, bahkan “mesianisme” kepemimpinan yang diharapkan masyarakat seperti janjinya saat kampanye berubah menjadi “iblisisme” yang bertindak menurut kemauan, kekuasaannya sendiri, yang bertindak menyelamatkan nyawanya sendiri, menyelamatkan yang mampu memberi sogokan lebih besar dari pada rakyat kecil dan tertindas.

Kitapun sama, saat baptisan berjanji tidak judi, menjadi pembela keadilan dan kebenaran, menolak segala bentuk takhayul. Saat Menikah lantang berkumandang berjanji; setia sehidup semati dalam untung maupun malang, sakit maupun sehat, suka maupun duka. Saat Kaul maupun tahbisan berjanji; setia seumur hidup, miskin, taat dan murni seumur hidup, bahkan selalu siap diutus kemana saja, melayani siapa saja tanpa pandang bulu, status maupun kedudukan. Dalam doa-doa; kita bilang Yesus Andalanku, Yesus Kekuatanku, Yesus Sahabatku, Yesus Kekasih yang mengasihiku, kumau ikut jalan Yesus. Demikian mantap tegas janji dan slogan doa kita pada Yesus. Namun ketika datang masalah dalam keluarga, keluar kata-kata pisah saja kita, pulang saja ke orang tuamu dari pada kata maaf dalam kerendahan hati untuk mendengarkan dan menerima serta mengaku bersalah. Lantang tegas mengikrarkan janji baptis, namun kita kadang masih lebih percaya pada takhayul, dukun, kita lebih mencari aman dan nyaman serta bungkam untuk mengatakan keadilan dan kebenaran ketika ada masalah pengrusakan lingkungan hidup di sekitar kita. Kita berjanji hidup miskin (sederhana) setia seumur hidup, siap melayani dimana saja diutus, namun punya hp satu kecewa, ketika diutus ke pedalaman bukannya mengatakan Ya saya siap, tapi masih bertanya; bapak uskup, Provinsial di sana ada atau tidak signal? Kita mengatakan siap namun diiringi rasa takut ketika apa yang yang kita inginkan tidak sesuai dengan harapan pribadi. Kita kehilangan “Mesianisme” Yesus Kristus dalam hidup dan diri kita karena lebih mementingkan keinginan dan kehendak pribadi; memperkaya diri, menyelamatkan kesenangan pribadi dari pada memperkaya dan menyelamatkan sesama dengan CINTA DAN PENGORBANAN Kristus Sang Mesias sendiri.

Pengenal pribadi akan Yesus sebagai Mesias tidak hanya berhenti pada doa, janji sebagai orang beragama. Pengenalan Pribadi akan Yesus sebagai Mesias sejatinya dan memang wajib bagi kita untuk menjadi orang beriman dalam perbuatan nyata, di dalam keluarga, komunitas dan masyarakat kita yaitu mewujudkan iman kita dari doa, dan janji MENJADI TINDAKAN DAN PERBUATAN NYATA yaitu berani menjadi orang miskin yang mampu menyangkal/membebaskan diri kita dari kelekatan pribadi, membebaskan diri kita dari rasa nyaman dan aman pribadi dan memperkaya diri kita serta sesama dengan CINTA, MAAF, KERENDAHAN HATI TAK BERSYARAT dalam pengorbanan (Yak 2:14-18). Kita dipanggil dan diutus menjadi Mesias bagi sesama dengan MEMPERKAYA DAN MENYELAMATKAN SESAMA DENGAN CINTA KASIH DAN PENGORBANAN KRISTUS sendiri meski kita harus menderita dan mengorbankan kehendak pribadi. Jika tidak maka kitapun akan dihardik oleh Yesus melalui sesama kita; “ENYALAH IBLIS...!!! (Mrk 8:27-35).

Memperkaya sesama dengan Cinta
Minggu Biasa XXIV : 16 September 2012
Lie Jelivan msf

No comments:

Post a Comment