Powered by Blogger.

Pages - Menu

Sunday, September 9, 2012

LAWING KEMBALI KE KAMPUNG, MEMBANGUN KAMPUNG

Baginya pensiun dini dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat bukanlah sebuah kerugian, tapi adalah berkat bagi hidupnya. Pensiun dini dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat, menurutnya
adalah sebuah pilihan dan keputusan yang tepat untuk kembali ke kampung halamannya Long Pahangai dan membangun kampung halamannya serta 13 kampung tetangga. Penampilannya sederhana, ramah dan murah senyum yang selalu nginang (makan sirih pinang). Rumahnya sederhana, tidak seperti kebanyakan warga kampungnya. Beliau adalah Bapak Lawing Lejau, demikian Beliau biasa disapa.

Setelah pensiun dini dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat, Lawing tidak hanya berpangku tangan. Lawing mulai bekerja mengolah tanahnya dengan menanam kareta, kakao dan aneka ragam tanaman kayu: gaharu, bangkirai, ulin, dan jati. Beliau memiliki 9.000 pohon karet di mana 1 ha menampung 500 pohon karet. Beliau mulai merintis hidupnya dan meniti masa tuanya di hari mendatang dengan menanam karet, kakao dan aneka ragam tanaman kayu tidak hanya untuk kepentingan ekonomi keluarganya, melainkan yang menjadi tujuan pertama dan utama adalah untuk melindungi hutan, menjaga tanah adat dari gempuran serangan keserakahan pengusaha pertambangan dan kelapa sawit yang berkoalisi dengan penguasa setempat. Salah satu alasan yang mendorong Beliau untuk pensiun dini karena mentalitas instant penguasa dengan memberikan banyak ijin kepada pengusaha pertambangan dan kelapa sawit yang merusak lingkungan, merebut tanah adat yang berdampak pada mentalitas instant masyarakat adat setempat.

Untuk merintis cita-citanya membangun kampungnya yang berada di wilayah perbatasan; maka Beliau mengajak dua orang anak muda: Alex (keponakan) dan Luhat serta dukungan beberapa tokoh adat mendirikan sebuah Lembaga yang bernama PA’TANG URIP Membangun Daerah Perbatasan sebagai sebuah koperasi kampung untuk menampung hasil karet, kakao dan yang lainnya dan bukan untuk kelapa sawit. Yang menarik dari Beliau: Beliau tidak hanya berbicara atau tidak hanya memerintah masyarakat untuk menanam karet, kakao dan aneka tanaman kayu untuk melindungi hutan dan tanah adat serta air, tetapi BELIAU MELAKUKAN terlebih dahulu agar masyarakat setempat melihat dan mencontoh teladan tindakan baik Beliau. Beliau mulai merintis dengan menanam pohon karet yang sekarang sudah 9.000 pohon ditambah lagi ratusan kakao dan aneka tanaman kayu dan dari Beliau masyarakat akhirnya mencontoh seperti yang dilakukan Beliau. Beliau harus mengeluarkan biaya untuk urusan lembaga PA’TANG URIP ini. Namun baginya itu bukan sebuah beban atau memiskinkan hidupnya. Baginya itu adalah berkat yang menyadarkan semua masyarakat kampung untuk membangun kampung dengan menjaga hutan dan tanah adat serta airnya.

Dari Lawing, beberapa kampung yang sebelumnya sudah terpecah belah untuk menerima pertambangan secara khusus menerima perkebunan kelapa sawit akhirnya memutar haluan menolak hadirnya perkebunan kelapa sawit setelah mengetahui manfaat besar dari menanam karet, kakao dan aneka tanaman kayu yang justru jauh kebih menyejahterakan dan menyelamatkan hutan, tanah adat, budaya dan air mereka dari pada kelapa sawit yang merusak segalanya.

Kini Lawing telah kembali ke kampungnya, membangun kampung sambil menikmati 9.000 pohon karet dan kakao serta tanaman kayu lainnya yang sebentar lagi siap dipanen demi kesejahteraan keluarga namun hutan dan tanah adat serta air terselamatkan dari pengrusakan tangan-tangan rakus pengusaha pertambangan dan kelapa sawit yang berduet maut dengan penguasa Kutai Barat. Kini Lawing kembali ke kampungnya, membangun kampungnya sambil mengabarkan bahwa pensiun dini bukanlah penderitaan, tapi berkat di hari tua dan bagi anak cucu seperti yang tertera pada PA’TANG URIP ( Sumber Hidup).

Masih adakah Lawing-Lawing baru yang rela pensiun dini untuk kembali ke kampung dan membangun kampungnya? Takut...kali !!

Lawing: Orang Kampung Yang Berjiwa Penyelamat
Gemuruh Riam Mahakam
Lie Jelivan msf

No comments:

Post a Comment