Powered by Blogger.

Pages - Menu

Thursday, October 4, 2012

JALAN MENUJU PERDAMAIAN ITU KEJAM: TAPI JANGAN MUNDUR !!

Jalan menuju perdamaian itu kejam, mungkin itu yang bisa mewakili perasaan saya dengan teman-teman pergerakan. Sms-sms teror, penolakan resmi dari pejabat kecamatan dan desa serta “p engadilan” dari sekelompok masyarakat yang langsung menunding kami sebagai provokator, curiga dan pengintaian gerak gerik seperti sudah menjadi rekan seperjalanan menyertai perjalanan kami setiap kali nurani menuntun kami untuk masuk membawa segelas kedamaian menjenguk ruang-ruang hati masyarakat adat yang sedang kalut dalam cekam ketakutan akan kehilangan tanah adat mereka oleh tangan-tangan rakus. Bahkan tidak ragu menuntutku untuk melepaskan jubah imamatku jika tidak sanggup lagi dari pada memperovokasi masyarakat atas nama gerakan perdamaian dan keadilan bersama masyarakat adat demikian, suara itu menudingku dihadapan Hirarki Gereja Lokal. Kutanggapi dengan jiwa besar meski tangisan jiwaku berteriak menantang dan menentang suara tuding kemunafikan mereka bahwa bukan karena imamatku, kuhadir berjuang dan bergerak bersama masyarakat adat demi damai di tanah mereka, tapi karena kedamaian adalah nilai tertinggi dari peziarahan umat manusia. Dalam keluarga atau komunitas dan Gereja sekalipun kita alami. Menjadi pembawa perdamaian yang dengan tegas menolak praktek kekerasan psikis, praktek kroni, praktek ketidakadilan di dalam keluarga, komunitas dan Gereja berarti harus siap menghadapi penolakan dan penyingiran dari sekelompok oknum dan siap menerima setumpuk surat isu negatip dalam hidup kita. Kesalehan doa dan ketekunan mengikuti misa tidak menjamin semua insan yang menamakan diri Katolik menjadi sosok merpati yang membawa ketulusan melainkan malah lebih banyak yang menjadi “serigala” di dalam keluarga, komunitas dan Gerejanya. Itu adalah kenyataan dan tidak bisa dihindari apalagi ditolak namun kita tidak perlu mundur apalagi terlambat untuk menjadi pelaksana dan pembawa perdamaian bukan sekedar kata dan bukan sekedar doa karena Yesus sendiri bersabda; Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala (Luk 10:3). Serigala itu begitu dekat dan bahkan rekan sepeziarahan iman kita yang setiap saat bisa memangsa kita lewat isu berbisa gosip, lewat keegoisan beracun yang menuding bahkan menyingkirkan jiwa tulus insan yang datang membawa kedamaian dan perdamaian bagi jiwa-jiwa dan manusia. Seringkali karena kejamnya jalan perdamaian harus berhadapan dengan “serigala-serigala saleh” dalam keluarga, komunitas dan Gereja membuat kita takut, mundur bahkan parahnya lagi kita menjadi manusia paling terlambat untuk hadir membawa perdamaian bahkan merasa cukup dengan doa, sedang di luar sana sudah banyak korban yang tercerai berai. Doa menjadi kekuataan bagi kita pembawa perdamaian dan mohon kekuatan dariNya untuk umatNya, namun harus diingat bahwa jangan sampai satu untai doa kita belum selesai, sudah sepuluh jiwa manusia yang menjadi korban keegoisan dan kesombongan oleh karena menjadi serigala bagi jiwa manusia yang lain. Jalan meretas perdamaian menjadi pembawa dan pelaksana perdamaian harus diakui melewati kejamnya kehidupan karena kita memang harus berhadapan dengan “serigala-serigala saleh” Tapi untuk itulah kita diutus seperti Yesus mengutus ke-72 muridNya berdua-dua untuk membawa dan menghadirkan kedamaian agar menyertai jiwa manusia ke seluruh penjuru dunia. Memang kejam jalan mewartakan dan melaksanakan perdamaian, namun JANGAN MUNDUR, karena jika mundur atau terlambat maka geliat Sodom dan Gomora dalam keluarga, komunitas, masyarakat dan Gereja yang sudah mulai nampak akan menjadi semakin nyata bahwa sejatinya kita memang menghendaki keluarga, komunitas, masyarakat dan Gereja kita menjadi Sodom dan Gomora oleh karena keegoisan dan rasa takut kita untuk menjadi pelaksana Perdamaian hari ini. JALAN MENUJU PERDAMAIAN ITU KEJAM: TAPI JANGAN MUNDUR !! Karena St. Fransiskus telah menunjukan dan mengajarkan teladan kepada kita sebagai Utusan Kristus membawa dan melaksanakan perdamaia. Salam Geliat Nurani Kemanusiaan di bisingnya Jl. Jend. Sudirman PW. St. Fransiskus dari Asisi Lie Jelivan msf

No comments:

Post a Comment